Sabtu, 28 Maret 2015

Menyusui yang Penuh Perjuangan

Menyusui  Muhammad Abdul Ghani yang lahir 10 November 2014 lalu seharusnya menjadi sebuah proses yang mudah untuk saya, mengingat ini adalah anak keenam, namun kenyataan yang saya temui justru sebaliknya. Proses menyusui kali ini benar-benar penuh perjuangan.
Diawali dengan lecet pada puting sampai berdarah-darah, hal ini pernah saya rasakan saat menyusui anak pertama. Padahal saya sudah memastikan Ghani menghisap pada aerola, bukan ujung putingnya. Mungkin karena sewaktu hamil saya tidak disiplin membersihkannya dengan minyak, atau bisa jadi karena hisapan bayi saya kali ini benar-benar kuat sedangkan asi belum lancar keluar. Menyusui jadi hal paling menakutkan karena rasa sakitnya terasa dari ujung kepala sampai ujung kaki, saat akan menyusui jadi maju mundur karena takut, meski begitu asi tetap saya berikan walau badan saya sampai kaku semua menahan nyeri. Sampai-sampai suami tidak tega dan sempat memberi solusi memakai botol saja dengan isi asi, namun saya tolak karena menyusui langsung lebih nyaman dan menyenangkan walaupun air mata sampai mengalir menahan sakit. 
Di hari ketujuh melahirkan saya memompa asi dengan tangan karena payudara terasa keras, penuh dan sakit, sedangkan sang bayi masih tidur. Hasil perasan mencapai 250 ml. Namun setelahnya badan saya menggigil kedinginan, malam itu saya meriang, seluruh badan terasa sakit dan kedinginan walau sudah memakai kaos kaki, baju hangat dan diselimuti sampai 3 lapis. Syukurlah suami dan anak-anak banyak membantu. Hasil perasan asi disendokkan pada Ghani sementara saya dilanda demam. Tepat pada saat Ghani menangis lagi, badan saya sudah agak enakan dan bisa kembali memberi asi, kurang lebih 4 jam saya berpacu dengan rasa dingin dan seluruh badan sakit semua. 
Masalah lainnya adalah tidak pernah berhentinya Ghani menyusu, saya sampai tidak bisa melakukan apa-apa. Jika putingnya dilepas, pasti dia bangun. Sampai akhirnya saya menggendongnya sambil beraktifitas seperti menyapu, beres-beres rumah atau memasak, dan di dalam gendongan itupun Ghani masih juga menyusu. Suami saya menduga mungkin air susunya kurang hingga dia tidak pernah kenyang. Akhirnya saya menambah porsi makan dengan makan berkali-kali meskipun belum lapar dan bahkan tidak selera makan. Namun ternyata tetap saja Ghani tak pernah bisa tidur tanpa menyusu. Sampai akhirnya setiap hari saya masak daun katuk, pare dan daun pepaya. Air susu memang jadi banyak sekali, sampai saya harus berkali-kali memerahnya. Namun anehnya Ghani masih juga belum bisa tidur sendiri tanpa menyusu, tubuhnya juga tidak gemuk.
Lama-kelamaan asi saya tidak mampu diperah walaupun konsumsi katuk, daun pepaya dan pare masih saya lakoni meskipun sudah bosan. Sampai akhirnya suami saya membelikan Asi Booster Tea. Nyatanya tak seperti iklannya, produksi asi saya tetap dan masih belum bisa membuat Ghani tidur tanpa menyusu.  Saking putus asanya, saya akhirnya menghentikan konsumsi asi booster tea dan tidak lagi makan pare, daun katuk, daun pepaya, karena saya merasa tidak ada gunanya, Namun ternyata saya salah besar, Tindakan saya ternyata menyebabkan asi saya berkurang, dan membuat Ghani marah-marah saat menyusu. Saat puting saya pencet ternyata memang sudah tidak sederas biasanya, rasanya juga hambar, tidak semanis dan segurih kemarin-kemarin. Hari itu akhirnya jadi hari paling melelahkan karena seharian Ghani tidak nyaman saat menyusu dan saya harus terus menggendongnya supaya dia tenang. 
Ghani akan marah sambil nangis jika asi kurang deras


Akhirnya saya nyerah, kembali ke awal, namun karena sudah eneg, maka ketiga sayuran itu saya jus mentah lalu saya minum tanpa campuran apapun. betul-betul penuh perjuangan karena semula tidak terbayang harus merasakan pahitnya pare atau daun pepaya dalam kondisi mentah. Namun ternyata produksi asi lebih banyak dan tekad saya menyusui ekslusif tercapai. Badan saya sendiri terasa lebih enak, mungkin efek dari konsumsi berbagai booster asi tersebut. Ghani sendiri sudah bisa dilepas dari menyusu jika sudah kenyang.
berbagai booster asi yang harus kukonsumsi

Namun lagi-lagi saya terganggu dengan komentar teman-teman yang melihat Ghani yang tidak gemuk, tidak seperti kakak-kakaknya dulu. Antara sedih dan khawatir, saya bawa ke dokter anak untuk konsultasi. Saat diperiksa ternyata tinggi, berat badan dan lingkar kepala bertambah. Selain itu tidak ada gangguan kesehatan pada  Ghani, saya lega dan bersyukur.
Bayi saya memang tidak gemuk meskipun saya sudah mengupayakan semaksimal mungkin mendapatkan asi berkualitas, namun dia sehat dan lincah, terbukti baru usia sebulan dia sudah bisa tengkurap sendiri, dan di usia empat bulan sudah bisa membolak-balikkan tubuhnya sendiri dan kepalanya juga sudah tegak.  #AVENTSTORY
Ghani memang tidak gemuk, tapi sehat dan lincah

Selasa, 24 Maret 2015

Dari Kucel Jadi Segeeer

Berhadapan dengan debu, polusi dan panas matahari setiap hari? Seperti itulah rutinitas saya. Sebelum berangkat ke tempat ngajar, saya harus mengantar anak-anak dulu ke sekolah masing-masing. Meski jarak tempuh antara satu sekolah dengan sekolah yang lain tidak terlalu jauh, namun debu-debu yang beterbangan sangat mengganggu, apalagi bagi pengendara sepeda motor seperti saya, penggunaan masker sepertinya tidak banyak membantu, karena begitu tiba di kelas, anak-anak murid yang perempuan kadang ada yang berbisik di telinga, Bu, maaf, tadi si fulan bilang sama saya, ibu guru udah mandi belum, ya? Kok mukanya lecek amat?”
Aku hanya bisa membalas dengan senyuman. Mau marah? Kesel? Anak muridku memang berani kok kalau soal mengomentari sesuatu. Itu belum seberapa, coba nanti kalau sudah sampai rumah, belum juga duduk, anak-anakku yang protes, “Ummi mukanya dirawatlah, Mi.” Iya deeeeh.
Iya deh iya deh aja tanpa aplikasi, bikin anak keduaku gregetan. Entah belinya di mana, tiba-tiba disodorkannya Garnier Duo Clean Black and White.
“Mi, dipake ya, ini mengandung rice extract untuk mengurangi pori-pori yang membesar sekaligus mencerahkan,” ujarnya sambil menyodorkan Garnier Duo Clean. Jelas aku terharu, dan untuk menghargai usahanya itu tentu produknya jadi kupakai.
Tadinya kupikir biasa saja, tapi nyatanya luar biasa, wajahku cerah seketika nggak pake lama. Yang jelas komedo di hidung yang mengganggu ini berkurang banyak. Terbukti saya tidak risih lagi saat mengaplikasikan bedak ke area hidung. Biasanya saya membiarkan wajah tanpa bedak karena komedo dan pori=pori yang besar malah jadi semakin jelas terlihat.
Sekarang ada rutinitas baru sebelum saya masuk kelas, yaitu berkencan dulu dengan Garnier Duo Clean, mau tahu komentar murid-muridku? “Ibu guru seger banget, pasti baru mandi, ya?” Anak-anakku juga senang karena wajah ibunya nggak terlihat kuyu dan seperti orang sakit.

Persediaan Garnier Duo Clean jadinya ada dua, yaitu untuk di rumah dan di dalam tas. Jangan salah, walaupun tidak bepergian, aktifitas memasak juga membuat wajah kita kusam lho. Jadinya setelah uplak-uplek di dapur, saya biasa cuci muka dulu dengan Garnier, jadinya fresh di depan suami dan anak-anak.
Garnier Duo Clean hadiah dari anak gadisku